Truly Amazing Moment of VBA2C: Birth of Zahraa Pradya Humayrah
Ketika itu umur anak keduaku, Ray, sekitar 14 bulan. Tamu bulanan yang biasa datang tak kunjung datang juga. Perasaan sudah mengatakan jangan-jangan rahim ini sudah ada isinya. Sekitar 2-3 bulan setelah itu, pergilah ke SpOg dan benar saja ternyata sudah muncul janin di dalam Rahim. Hati terasa senang sekaligus khawatir. Mengapa? Karena jika benar janin ini nantinya diizinkan untuk lahir, maka apakah harus SC lagi? Akira, anak pertamaku, dan Ray keduanya lahir secara SC. Kata dokter yang menangani SC-nya, minus mataku terlalu besar dan beresiko untuk lahir normal (minus mataku sekitar 5 dan 6). Akupun dulu manut-manut saja kata dokter. Namun di kelahiran yang ketiga ini terasa berbeda. Aku mulai merasa khawatir jika harus operasi lagi. Bukannya kenapa-kenapa, tapi secara teori, jika anak 1 dan 2 sudah SC, maka anak selanjutnya kemungkinan besar pasti harus SC lagi. Dan batas SC pada umumnya adalah 3x. Terbayang selalu sabda Rasulullah Sallahu’alaihi Wassalam, bahwa beliau bangga akan jumlah umatnya yang banyak. Sedih sekali rasanya jika anakku nantinya dibatasi hanya 3 saja. Padahal ingin sekali memiliki anak lebih dari itu agar beliau bangga.